"Moto"

Kamis, 02 Desember 2010

"SELAYANG PANDANG"



Iko ambo publikasikan dek karano carito2 spontan kami samo si Toib Talkote, jd kl ado na maraso kabaratan,eloklah kito barunding mambahasnyo ...oi dampeng...tolonglah iyokan.....


“SELAYANG PANDANG” ASAL MUASAL SIBOLGA”
TakaloPoncan

Sebelum Pasar Sibolga ada namanya di sebut-sebut oleh masyarakat,orang selalu menyebut nama Poncn ketek asal muasal orang/etnis pesisir yang menjadi penduduk Sibolga sampai saat ini ,karena dahulunya daerah tsb adalah rawa-rawa yang ditumbuhi oleh pohon2 an dari berbagai jenis,misalnya pohon Ketapang , pohon Jati dan yang khas adalah pohon Boga- boga , yang tumbuh di tepi pantai dan buahnya jatuh kelaut serta dimakan oleh ikan Cati , sehingga masyarakat menamakan kampong tsb kampung Boga , kalaupun masyarakat saling bertanya hendak kemana ,maka mereka menjawab “mau ke Siboga”…?Maka kampung boga sejak perpindahan Etnis pesisir dari pulau poncan ketek ke kampung boga disebut Siboga, namun masyarakat pendatang seperti batak Toba mengatakan bahwasanya nama Sibolga berasal dari dekke Bolga-bolga …yaitu ikan cati yang memakan buah Boga-boga, maklum saja ,mungkin krn para pendatang tsb belum pernah melihat pantai atau laut.
Sebelum pasar Sibolga ada , pulau Poncan Ketek adalah Bandar yang terbesar di pantai barat Sumatera utara dan ramai di huni oleh penduduk masyarakat pesisir pada tahun 600 an
Para pedagang dari penjuru dunia berdatangan unutk mencari rempah-rempah secara barter ,terutama dengan pedagang pulau pinang dari Malaysia namun tidak kalah pua suku bangsa minang , Aceh bengkulen , Nias , Bugis , Makassar , Jawa dan madura sehingga terjadi asimilasi dan akulturasi dgn masyarakat suku pesisir yang ada di pulau Poncan Ketek.
Dengan kedatangan bangsa-bangsa lain ke negeri poncan ketek maka kebudayaan /kesenian pesisir bertambah kekayaannya secara akulturasi seperti tari saputangan yang diiringi dgn lagu Kaprico dari Portugis.

ABDUL MUTHALB GELAR DATUK BANDAHARO KAYO YANG LEBIH DIKENAL DENGAN DATUK ITAM.
Pada tahun 1785 masa pemerintahan Abdul Muthalib gelar datuk Bandaharo kayo atau yang lebih di kenal dengan sebutan akrab Datuk Itam diPncan Ketek telah mununjukkan kemajuan yang pesat dalam perdagangan sampai-sampai Masyarakat berdagang ke pulau Malaysia.
Abdul Muthalib dilahirkan tahun 1760 di negeri Nagur India Selatan dan Inggris membawanya ke Bengkulu sebagai pekerja dan sekaligus sebagai pedagang dan kelompok Datuk Itam membuka kampung Nugur di bengkulu yg sekarang dinamakan kampung Nala . Pada waktu mudanya Datuk Itam sbg seorang pedagang yg cukup berhasil dan juga sebagaipenyebar agama Islam yang di segani di bengkulu yang dlm perdagangannya dan penyebaran agama Islam sampai ke daerah teluk Tapian Nauli dan sebagai supplier kepentingan pedagang Inggris di Bengkulu.Pada waktu itu Inggris telah membuka kantor perdagangan di Teluk tapian nauli untuk mendptkan garam ,kemenyan dan kapur Barus .Melihat prosfek perdagangan yang cukup ramai di Tapian Nauli maka Abdul Muthalib selanjutnya berdomosili di Tapian nauli yaitu pulau Poncan ketek. Karena keberhasilannya dibidang perdagangan maupun sebagai penyebar ajaran Islam di poncan ketek maka di beriah ia gelar Datuk Bandaharo Kayo,namun ia lebih di kenal dengan gear Datuk itam karena kulitnya memang hitam kelam sebab berasal dari India.

Di teluk Tapian nauli Abdul Muthalib (gelar Datuk Bandahar Kayo ) atau yang lebih di kenal dgn Datuk Itam di Poncan Ketek.Karena keberhasilannya tadi,maka sejak saat itu datuk itam mempelajari segala adat istiadat masyarakat etnis pesisir di Poncan Ketek .

Pada tahun 1824diadakan perjanjian /traktat London dengan keputusan bahwa segala kekuasaan Raja- raja di seluruh Teluk Tapian nauli di hapuskan oleh Belanda dan para Datuk serta raja-raja/Kuria-kuria hanya mengurus tentang adat istiadat dan Budaya pesisir . Pada tanggal 13 Maret 1815 pihak inggris mengadakan suatu ikatan perjanjian persahabatan dengan Datuk-datuk di teluk Tapian Nauli dengan kesimpulan istilah Batigo Badusanak , namun pada tahun 1839 Iggris menempatkan seorang commodore yang selalu disebut dengan tuan Kumandor di poncan ketek dan bertanggung jawab terhadap Pemerintah Inggris yang berpusat di Bengkulen.Berarti dengan adanya seorang wakil Pemerintahan Inggris di poncan Ketek,maka jelaslah sudah dalam hal ini raja-raja dan datuk-datuk di pesisir Tapian Nauli telah terjebak kedalam perangkap penaklukan Inggris.
Tetapi pada masa itu hal seperti ini kurang dimaklumi oleh penduduk karena cara berpikir masyarakat yang belum luas serta di sibukkan oleh dagangannya masing2,sehingga apa ang direncanakan oleh Inggris dapat berjalan dengan lancar untuk menguasai raja-raja dan datuk-datuk serta masyarakat sendiri tidak merasa di perintah oleh Inggris melainkan perasaan mereka diperintah oleh raja-raja dan datuk saja.Keadaan yang demikian bukanlah hanya terasa sampai kepada masyarakat yang menghuni Poncan Ketek .pangkat yang tertingi pada masa ini di pegang oleh Datuk sebagai anak nagari,jadi segala keputusan ditangannya.

Pada tahun 1848 kerajaan Inggri yang diwakili oleh Jhon Princh telah melakukan timbang terima dengan perwakilan kerajaan Belanda antara Bengkulen dengan Tumasi (Singapura) sehingga pulau Poncan Ketek sampai ke Natal dan daerah pesisir lainnya ditimbang terimakan antara Kampung Pargodungan dengan pasar Onan Hilir Poriaha di kenegerian Tapian Nauli.

Setelah daerah pesisir Tapian Nauli jatuh kepada Belanda akibat pertukaran jajahan maka poncan Ketek bertambah ramai dalam dunia perdagangan sehingga timbullahhasrat Belanda untuk membuka negeri baru didaratan Tapian Nauli dengan menimbun rawa2 yg luas pada tahun 1850 dan mengeluarkan biaya 5.000.000 gulden ,karena mendatangkan tahanan (sitarapan) bahasa pesisir yaitu orang2 yang di tawan belanda karena tidak mau mengikuti kata2 penjajah ,sehinga seluruh bangsa Indonesia yang tidak senang dengan perbuatan Belanda di tangkap dan dimasukkan ke dalam penjara dan orang-orang inilah yang di paksa untuk mengerjakan /menimbun rawa2 di daerah yang dinamakan pasar Siboga dengan batas pertama kalinya :
- Sebelah Utara dengan Aek Doras (simare-mare).
- Sebelah Timur dengan Padang Sidempuan.
- Sebelah selatan dengan Ak Muara Baion.
- Sebelah Barat dengan teluk Tapian Nauli (depan Gudang Garam )
Pembangunan penimbunan rawa2 yang menjadikan Sibolga tidak hilang dari ingatan masyarakat sehingga telah terpatri dalam pantun Masyarakat pesisir yaitu Sikamabang :

Siboga jolong basusuh
Banda dikali urang rante
Jangan manyasal Tolan Isuk
Kami sapeto dagang sanse.

Pantun yang mengandung sejarah tersebut telah terukir dalam ingatan dengan pengertian :

Siboga jolong basusuh (Siboga dari awal disusun/dibangun)
Banda dikali urang rante ( Parit dn rawa mulai ditimbun oleh para napi)
Jangan manyasal Tolan Isuk (jgn menyesal kawan besok )
Kami sapeto dagang sanse. (kami sedikit dagang hancur )

Pada tanggal 1 Maret 1851 sebahagian masyarakat di perintahkan untuk pindah dari poncan Ketek ke pemukiman baru bernama Kampung Siboga oleh Belanda bersama dengan Residen Van Tapanuli dan Datuk Itam yang juga bergelar Datuk Pasa membawa seluruh adat Sumando pesisir pindah ke Sibolga.

Dengan bertambahnya masyarakat dan bermigrasi dari Poncan Ketek ke sibolga ,maka bertambah pulalah penghulu2 ,dan stelsel Datuk masih diteruskan : dari penghulu yang berempat tadinya di poncan ketek sekarang ditambahkan dua lagi sehingga menjadi enam penghulu yaitu :
1. Penghulu Pasisir untuk etnis pesisir , dari poncan ketek dan batak Islam.
2. Penghulu Nie untuk etnis Nias dari pulau Tello
3. penghulu Darek untuk etnis minang kabau dan Aceh
4. Penghulu Jawa untuk etnis Jawa,madura ,Bugis dan Makasar.
5. PenghuluToba untuk etnis Batak Toba dari Taput.
6. Penghulu mandailing untuk etnis dari Tapsel.
Selain dari pada penghuluyang ada enam di tambah lagi Kapiten kaling untuk mengurus orang2 India dan Kapiten Arab untuk org Arab serta Kapiten Cino untuk orang2 China.
Dalam hal ini jelas bagi kita bahwa penetapan Sibolga pertama kali dengan resmi adalah sejak perpindahan penduduk Poncan Ketek ke sibolga karena sibolga telah di bangun pada tahun 1850 dan resmi pulalah Sibolga pada tanggal 1 Maret 1851 menjadi Sibolga dengan peresmian adat Sumando Etnis pesisir.

by:Rajoki Nainggolan